Blanket

page
Sudah 3,25 tahun Blanket menemaniku. 3B ada padanya… Brain, Beauty and Behaviour. Tingginya 50cm, panjangnya 70cm, lebarnya tidak lebih dari 20cm dan bobotnya 11 kg. Ukuran medium. Bulunya pendek halus berwarna coklat dan dominan putih. Jenisnya lokal, tapi kami sangat sayang padanya. Sebelum Blanket, ada Snowy yang gagah dan BoLu yang botak dan lucu.

Blanket ini pemberian teman adik saya. Temannya itu punya banyak anjing dan bilang bahwa Blanket ini campuran jenis pom (yang sama sekali tidak terbukti. Ternyata keluarga temannya ini breeder). Saya mengambil Blanket waktu usianya 1,5 bulan. Bulunya yang putih bersih dan sangat halus membuat saya langsung teringat dengan ‘blanket’ -sebutan untuk selimut di daerah asal saya- maka saya menamainya itu.

Supaya perilakunya baik dan memiliki nilai lebih sebagai piaraan, saya bertanya pada seorang teman saya yang jauh lebih berpengalaman memelihara anjing. Sesudahnya, saya melatih Blanket beberapa kata dalam bahasa Inggris sejak usianya dini. Selain daging dan semacamnya, Blanket senang makan buah, sayur dan snack. Buah kesukaannya kelengkeng. Dia bisa memakannya tanpa menelan bijinya. Saya sempat bergurau dengan beberapa teman bahwa saya bingung Blanket ini anjing atau kambing, dia suka sekali sayur. Beberapa hari yang lalu saya terkejut karena dia juga doyan keripik singkong balado.

Saya baru memvaksinnya saat usianya 2,25 tahun. Awal bulan ini saat vaksin ulangan, sambil mengelus Blanket dokternya berkata pada asistennya “Untuk ukuran lokal, dia ini excellent. Dia nice. Bulunya halus sekali”. Tidak salah saya menamainya Blanket. Menurut dia, anjing lokal itu biasanya selalu curiga, waspada, tidak mudah percaya pada orang sedangkan Blanket baik padanya. Tepat, memang dia tipe alert-alarm dog dan Ibu dokter beruntung. Dia senang disayang-sayang oleh orang rumah tapi geraman, jajaran gigi dan mata yang waspada selalu menyambut saat kami mau menggendongnya. Saya yang selalu memandikan dan menggosok giginya saja kadang tidak berhasil menggendongnya. Saya yakin, Blanket sangat tidak cocok dengan penyanyi alm.Mbah Surip *apa sihh?

Suatu waktu mami saya mengusulkan supaya Blanket dikawinkan (untung bukan saya yang diusulkan, haha) karena mami pernah lihat berita di televisi monyet yang lepas dari majikannya dan setelah diselidiki ternyata monyetnya minta kawin. Yolooo…
Saat saya tanya teman saya, dia juga bilang paling tidak anjing dikawinkan satu atau dua kali selama masa hidup anjing tersebut, alasannya karena kalau tidak dikawinkan anjingnya bisa gila. Saya selalu percaya pada informasinya tapi kali ini tentu saja saya tidak percaya dengan alasannya, dia pasti mengerjai saya seperti sebelumnya.

Memang paling tepat bertanya pada ahlinya, jadi sebelum saya memvaksin Blanket saya menanyakan apakah Blanket hamil atau tidak karena sebelumnya saya meminjam Brandon -anjing jantan teman saya- selama beberapa minggu di rumah. Saat dipastikan oleh Dokter tidak ada kehamilan pada Blanket, proses vaksin dilakukan. Setelah itu saya bertanya lebih lanjut hal mengawinkan anjing.

Yang membagi bakpao ayamnya dengan Blanket,
-Z33-
18-22.04.2013

Gila???

Tue, 16.04.2013 – Menjelang tengah malam

Pasar memang tidak terlalu jauh dari rumah dan biasanya saya tidak melewatinya saat berangkat ke kantor, alasannya sering macet. Saya akan melewatinya hanya jika saya hendak membeli kue-kue (jajanan) pasar untuk mengisi perut di pagi hari dan hari ini saya melewatinya karena saya mau membuat kejutan kecil-kecilan ulang tahun teman kantor saya.

Ketika melintasi rumah-rumah sebelum sampai di pasar, di sisi kanan jalan saya melihat seseorang berjalan dengan kecepatan sedang dan tidak ada kain menutupi kulit tubuhnya selain celana dalam berwarna kuning menyala beserta dengan beberapa pasang mata yang melihatnya. Kulitnya gelap, kepalanya ditutupi rambut 1cm, dan saya tersadar, dia perempuan.
Hati saya “berbicara” untuk memakaikan perempuan itu baju. Yang langsung terpikir adalah melepas mantel saya dan memberikannya pada perempuan itu. Secepat itu pula terpikir “Tapi mantelnya adek yang beli. Apa pulang ke rumah dulu cari baju? Aah, tidak! Tidak! Kelamaan, nanti dia keburu hilang”. Saya teringat perkataan seseorang (kalau tidak salah dari Ps. Philip M) yang saya kutip bebas bahwa orang yang telanjang di jalan itu kadang bukan tidak mau pakai pakaian tapi karena tidak ada pakaian dan tidak ada yang peduli padanya untuk memberinya pakaian. Perempuan itu melintasi saya, masih di sisi lain jalan. Saya memutar balik, berhenti, melepas mantel dan bergegas ke arah perempuan itu. Jalannya ternyata cepat juga. Dia berhenti di depan sebuah toko.

Sewaktu mendekatinya, anehnya saya tidak ada perasaan takut yang bagaimana, mengingat dari tampilan luarnya pasti semua orang yang berpakaian menganggapnya gila. Ketika saya tepat di belakang perempuan itu, pertanyaan ini melintas “Bagaimana jika dia tiba-tiba menarik dan mencakar saya?”, tapi secepat kamu membaca pertanyaan itu, secepat itu pulalah pertanyaan itu singgah dan lenyap dari pikiran saya. Ketika saya mengangkat dan akan memakaikan mantel padanya, si ibu di depan toko yang berdiri di belakang saya bilang dengan ekspresi emosi dan gerakan tangan yang tidak jelas dan kemudian samar terdengar “Gila itu mbak… bla..bla..bla” Ya, samar.. saya sengaja membuatnya terdengar samar, saya malas mendengarnya. Kedua lengan perempuan itu sudah di dalam mantel. “Minta uang” kata perempuan itu pada saya. “Jangan dilepas ya” balas saya sambil menekan kancing paling atas dari mantel itu. Saat menekan kedelapan kancing yang tersisa dari mantel yang panjangnya 10cm di atas lutut saya itu, saya mengamatinya dan bertanya “Dia tidak pakai sandal. Dia botak. Dia tidak pakai baju. Dia perempuan. Apa dia dijahatin (diperkosa) orang di luar sana dengan keadaannya yang begini?”.
“Minta uang” ulangnya. “Sebentar” jawabku sambil membuka tas melihat berapa uang yang saya bawa. Selembar 20.000-an, selembar 2.000-an dan selembar 1.000-an. Saya memberinya tiga ribu, saya tergerak hanya sejumlah itu. “Ada ini saja”, sambil kusodorkan.20.000nya untuk saya karena akan beli jajanan pasar. Dia menerimanya, di tangannya juga ada beberapa uang ribuan. “Jangan dilepas ya bajunya” saya mengulang permintaan saya. “Ya” jawabnya. “Tuhan Yesus memberkati” saya memegang pundaknya dan berlalu. Ketika saya menoleh ke belakang, ibu pemilik toko sedang memberikan sesuatu di tangan perempuan tersebut.

Saya kembali ke rumah untuk mengambil jaket hoodie hitam garis-garis putih. Ketika berangkat ulang, saya merenungkan bahwa tidak ada yang kebetulan.
1. Jajanan pasar. Hari ini teman saya berulangtahun dan saya mau memberinya kejutan kue pasar. Jika saja teman saya tidak berulangtahun, pasti saya tidak akan lewat disitu. Saya juga tidak akan lewat situ untuk beli kue untuk sarapan karena saya sudah membawa bekal roti dan beberapa camilan.
2. Mantel itu. Sebelum berangkat, saya terpikir untuk memakai jaket hoodie hitam garis-garis putih yang setahu saya baru dicuci tapi akhirnya saya mengambil mantel abu-abu itu. Jika saja saya memakai jaket hoodie hitam tersebut, maka tubuh perempuan itu hanya akan tertutupi bagian atas saja dan saya harus pulang ke rumah untuk mencari-cari lagi bawahan atau baju yang panjang untuknya dengan kemungkinan tidak bertemu dengannya lagi walaupun sudah membawakannya pakaian untuk menutupi semua tubuhnya. Ya, siapa yang berani menahan dia untuk tetap di tempat itu?
3. Mouse. Jika saya berangkat lebih awal, mungkin saya tidak bertemu perempuan itu. Tadinya ketika hampir berangkat, adek saya sibuk mencari mouse dan menanyakannya pada saya. Akhirnya saya membantu mencari dulu.
4. Tuhan yang mengatur poin 1-3 sehingga saya bisa bertemu dengan perempuan itu.
5. Rambut perempuan ini hanya sekitar 1cm. Berarti ada yang menggundulnya. Jika dia hidup di jalanan dalam waktu yang lama, pasti rambutnya panjang dan gimbal. Kulitnya berwarna gelap tapi baik wajah maupun tubuhnya tidak terlihat dekil. Apa dia melarikan diri dari Liponsos? Atau keluarganya merawatnya tapi dia melarikan diri? Jika dia tinggal dalam yayasan pun, tidak berarti dia bebas dari pelecehan seksual, saya beberapa kali mendengar informasi tentang itu. Bagaimana jika dia sampai hamil? Bagaimana dengan bayinya?

Ketika teman-teman membaca ini, saya berharap saat kita bertemu orang entah dia laki-laki atau perempuan dengan kondisi tidak berpakaian atau kondisi lain, kita bisa peduli padanya dengan cara memberinya pakaian dan atau hati kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan

Yang memberikan gethuk lindri sebagai kue kejutan kecil-kecilan,
-Z33-
17.04.2013 @2.24pm