Segitunya Ya…

Hari Minggu yang lalu, aku dan Siauny bersama dua orang temanku yang lain baru saja menyelesaikan makan siang di cafetaria kantor. Langkahku terhenti untuk membalas sapaan Pipit – seorang teman Connect Groupku – yang berdiri dengan seorang temannya di depan lobby. Mereka baru saja pulang dari Bukit Doa Immanuel Prigen.

Sesampainya kami di ruangan staf, aku mengerjakan sesuatu kemudian menoleh pada Siauny yang mengeluarkan bungkusan dari tasnya. Kupikir dia bawa kue apa, ternyata gorengan bakso yang tadi kami makan, sedangkan dia membungkusnya. Di bawah gorengan bakso itu, ada kotak kue. Aku berdiri, ingin tahu apa isinya. Hmm, sudah makan seporsi nasi sate ayam, dilanjut dengan gorengan bakso. Sudah tidak lapar, tapi masih saja ingin mengunyah (Ehm, kebanyakan wanita yang kukenal mengalami hal seperti ini juga). Tulisan tangan di atas kotak kue itu memberitahuku bahwa isinya ote-ote Porong. Siauny memesannya pada salah seorang rekan kerja asal Porong yang duduk 1 lorong di belakang kami, harganya 7000 rupiah dengan ukurannya separuh dari ote-ote Porong biasanya. Gawat, kok kepingin. Ya, cukup dalam hati saja. Siauny selalu berbagi makanan atau minuman yang dimilikinya, tapi kali ini dia tidak menawarkannya. Pasti dia mau memberi untuk keluarganya di rumah.

Aku kembali duduk. Tidak lama kemudian, Pipit yang kutemui di depan lobby tadi mendatangiku sambil menyodorkan kotak kue kecil terbungkus kantong plastik transparan. Aku membukanya, menutupnya, lalu secara halus menolaknya dengan alasan supaya Pipit memberinya pada anak atau mamanya saja di rumah. Pipit tidak menyetujuinya.
“Tuhan itu segitunya ya sama aku” kataku pada Pipit kemudian menjelaskan apa yang baru saja kualami.

Yang saat itu memegang kotak kue yang masih hangat, berisi dua dengan ukuran seperti biasanya, serta berbau khas. Di atas kotak kue itu tercetak tulisan “Ote-Ote Porong”
-Z33-
07.08.15 – 08.55 PM

-Z33-
Posted from WordPress for Android