Dua Stik Mungkin Cukup

Saat sedang duduk menyenangkan mata dengan video tari kontemporer yang kedua dari Youtube, Jason – murid TK, anak rekan sekerja – datang berdiri tepat di sebelahku. Ia sedang makan sekeping cracker. Matanya mencari tahu apa kesenanganku beberapa menit sebelum kedatangannya. Aku memakaikan headsetku padanya. Hanya sejenak ia mendengar dan melihat gambar bergerak itu, kemudian ia pergi. Aku melanjutkan kesenanganku.

Jason kembali berdiri tepat di sebelah tempat aku duduk dalam hitungan tidak lebih dari sepuluh detik. Dua keping cracker ditunjukkannya kepadaku. Ah, aku sedang tidak ingin makan cracker. Aku mengisyaratkan supaya dia memakan semuanya. Dia menangkupkan cracker itu dengan serius, membuka mulutnya lebar-lebar, menggigitnya sekali dengan mata tertuju pada mataku, lalu membuka tangkupan itu pas di depan wajahku, kemudian ia pergi. Aku melanjutkan kesenanganku.

Tidak kalah cepat dengan sebelumnya, ia kembali dengan membawa lebih banyak cracker. Senyum tak lupa mendampinginya. Baik, aku paham. Sesungguhnya bukan cracker yang ditawarkannya.

 

Mungkin setelah ini aku bisa pergi membeli sebungkus biskuit stik rasa green tea. Menyimpannya dalam tas. Ketika diaturNya duduk di sebelahmu suatu hari, aku bisa mengeluarkan sebungkus biskuit stik rasa green tea itu dari dalam tas. Membuka bagian atas kemasannya. Mengambil dua stik biskuit rasa green tea itu dan menyodorkan satu padamu dengan tersenyum simpul.

 

-Z33-

05.09.15 – suatu siang

 

2016214064247

Dia Yang Kukasihi – Stelma 9.11

Kamu punya orang yang dikasihi?

Siapa yang paling kamu kasihi?

Kenapa kamu sangat mengasihinya?

Kamu takut kehilangannya?

Apa yang sudah kamu perbuat sebagai wujud rasa kasihmu padanya?

Apakah dia mengasihimu?

Menurutmu, apakah kamu yang paling dikasihinya?

Jika ya, menurutmu kenapa kamu yang paling dikasihinya?

Jika tidak, menurutmu kamu ada di urutan ke berapa?

Sejak kapan kamu mengasihinya?

Sejak kapan kamu menyadari kamu benar-benar mengasihinya?

Dimana dia sekarang?

Apa hubungan dia denganmu?

Hal baik apa yang ada padanya?

Hal buruk apa darinya yang tidak kamu sukai?

Pernahkah dia menyakitimu, eh bukan, pernahkah kamu tersakiti oleh dia?

Sudahkah kamu memaafkannya?

Kenapa kamu memaafkannya?

Sebaliknya, pernahkah dia tersakiti olehmu?

Sudahkah meminta maaf padanya?

Apa hal yang kalian lewati bersama yang sangat membekas di hatimu?

Apa hal yang berarti bagimu tapi tidak bisa kalian lewati bersama?

 

 

Yang terlebih dulu dikasihiNya,

-Z33-

05.08.14 – 22:19

Bersambung. Buntu.

Kasih di Atas Meja — stelma 4.11

05.08.14 – Malam hari. RS. Stella Maris

Tidak banyak yang dilakukan. Dipakai untuk menulis. Berpikir topik apa. Hmm, Kasih di Atas Meja. Judul dan isinya sudah ada disini nih *nunjuknunjukjidat* sejak jaman Adam Hawa tapi belum pernah menuliskannya.

Saya senang melihat meja kerja saya rapi. Agak kesal jika ada orang yang menitipkan barang atau menaruh barang di atas meja kerja saya tanpa ada info apa-apa apalagi kalau meninggalkannya begitu saja dengan tidak rapi.
Menemukan sesuatu untuk saya di atas meja itu salah satu hal menyenangkan. Biasanya sih, makanan, hahaha. Kadang, di awal hari, sudah ada yang menaruhnya di atas meja. Atau di sela-sela kerja, saat meninggalkan meja kerja kemudian saat kembali, tiba-tiba ada sesuatu di atas meja. Itu wow banget, umm, semacam sulap!
Sebaliknya, menaruh sesuatu di atas meja kerja teman itu menyenangkannya bisa melebihi saat mendapati sesuatu di atas meja kerja sendiri. Ketika berulangkali diberi dan sebaliknya, saya menamainya Kasih di Atas Meja.

Yang saat menulis “Kasih di Atas Meja” teringat akan “tabur tuai” dan hanya sahabatnya yang tau maksudnya.
– Z33 –

– Lebih berbahagia memberi daripada menerima –
Kis 20:35

Kasih di Atas MejaIMG_20140305_145811

Stranger

Target posting bulan Juli.
Ada beberapa bahan yang mau dipost. Sebagian sudah dituang ke pokok pikiran, sebagian sudah beberapa halaman, sebagian tidak bisa dilanjutkan karena catatannya disimpan di handphone yang rusak april lalu – All catetan gone! Nyesek!, dan sebagian lagi masih di pikiran.
Well, ngepost kejadian beberapa hari lalu. Singkat saja.

Hari keberangkatan untuk ke kota kelahiran.
Mencetak ticket di counter airline. Melihat pengumuman, max.bagasi 15kg.
Menyadari barang bawaan kali ini TIBA-TIBA banyak (It’s a long story).
Antri check in. Noleh ke belakang. Ada penumpang lain bawa satu ransel kecil aja.
Good, dia setuju. Menitipkan sebagian bagasiku ke dia.
Dia pindah antrian ke sebelah. Dia selesai duluan.
Kami berpisah.
Saya menaiki eskalator, terpikir untuk memberinya wujud terima kasih.
Membuat keputusan. Mungkin berlebihan. Berbagi, terima kasih, tertantang, spontan.
Singgah untuk membeli puff. Rasa green tea tidak ada. Okay, cappuccino.
Singgah untuk membeli kopi.
Memasuki ruang tunggu. Mataku menjelajah cepat.
Itu dia! Mengenalinya dari topinya.
Menyodorkan paper bag. Tersenyum.

Tidak berhubungan dengan post diatas.
Yang hari ini kontroversi hati dan statusisasi “Tidak apa-apa”,
-Z33-
31 Jul 2014. 23.58

20 cm

“20 CM”

 

Mempunyai rambut yang panjang itu kebanggaan kebanyakan perempuan apalagi kalau rambutnya lebat dan sehat. Berambut panjang itu terlihat feminin, bisa dimodel apa saja. Kebanyakan laki-laki yang saya temui mengatakan mereka lebih menyukai perempuan berambut panjang.

Kadang ada rasa bosan juga berambut panjang, kadang gerah, kadang ribet, kalau mandi jadi lama. Kalau lagi jelek banget rambutnya, cara paling ampuh adalah diikat, digulung atau pakai topi. Berambut pendek lebih ringkas, ngga gerah, ngga ribet, mandi juga jadi lebih cepat – walaupun menurut orang rumah mandi saya tetap lama. Berartiii, saat berambut panjaaang… … – Hanya, ngga bisa dimodel-model dan kalau panjangnya udah sebahu, ribetnya baru terasa karena jadi kaya “bebek”. Bisa sih terlihat panjang, tapi pakai hair-extension *ribet pulak*

Kejadian lucu terjadi di salon. Mungkin selama 2 tahun, setiap datang ke salon bawaannya pengen banget potong pendek, hanya pikiran saya dengan pertimbangan-pertimbangan yang dibawanya menetralkan perasaan itu. Saya datang ke salon tujuannya untuk hair smoothing, tapi dalam hati juga pengen banget potong pendek, bob gitu. Saya memang tidak gaya dengan model rambut, konvensional. Makanya “Potong pendek aja, bosen aku lihat kamu rambut panjang terus”, gitu kata cece pemilik salon langganan saya. Saya cukup sering ke salon untuk potong rambut, biasanya hanya memotong 3 cm, modelnya pun model yang sama. Walaupun sering memotong rambut, kalau banyak yang ngga notice itu wajar karena cuma hilang 3cm. Pertimbangan terberat saya untuk mempertahankan berambut panjang adalah papi saya yang sangat tidak suka saya berambut pendek dan karena saya menari. Kalau menari terus rambutnya pendek kan susah kalau mau dimodel-model. Walaupun kali ini pertimbangan saya 50-50, “Tetap panjang aja, Ce” jawabku yakin disusul si cece bersiap memotong model panjang. Baru beberapa guntingan,

Saya: “Ce, pendek saja”

Cece: “Yakin?”

Saya: “Yakin”

Cece: “Tit?”

Saya: “Tit”

Cece: “Pasti ya?”

Saya: “Pasti”

Si cece langsung mengambil beberapa bagian dan menggunting… “kreekkk”.. kemudian terdengar teriakan pengunjung salon yang duduk di sebelah saya “Oh my Goood!”. Kami menoleh ke arahnya. Dia melihat kami dan tidak percaya apa yang sedang kami lakukan. Saya tersenyum saja. Ketika si cece menggunting lagi, perempuan itu berteriak lagi, “Oooh my Gooood”. Sayang katanya. Yang rambutnya digunting kan saya, yang heboh malah dia. Kami pun tidak bisa menahan tawa. Saat itu, rambut di bagian belakang kepala dicukur juga, supaya hasil bobnya bagus.

Reaksi yang muncul dari orang-orang di sekitar saya pun beragam, kebanyakan dari mereka seperti Thomas murid Yesus, hahaha… tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sampai harus menyuruh saya menoleh ke belakang atau mengangkat rambut saya.

Kalau teman-teman perempuan sih responnya selalu positif. Yang bikin gemes itu waktu ketemu dengan adik saya

Adek     : “Potong rambut ta?”

Saya       : “Iya” *senyum*

Adek     : “Pendek?”

Saya       : “Iya” *senyum*

Adek     : “Itu ngga dimasukin, disembunyiin di dalam?”

Saya       : “Ngga” *senyum di wajah hilang*

Adek     : “Coba lihat…”

Saya noleh ke belakang memperlihatkan *wajah jadi datar*

Adek     : “Ngga sayang ta?”

Saya       : “Ya sayang sih, tapi ya udahlah”

Adek     : “Kan sayang, uda panjang gitu”

Ziingggg…. hening sejenak

 

Saya       : “Cocok ngga?” *mencairkan suasana*

Adek     : “Ya cocok-cocok aja sih” *berdiri*

Saya       : “Cocok ngga ama aku?” *ngga percaya ama jawabannya*

Adek     : “Kalau potong pendek itu keliatan lebih dewasa, jadi keliatan lebih tua” *ditinggal ke meja makan* Haisssh…

 

Respon papi dan om juga sama, tiap ketemu bilangnya “jelek rambutnya” lah, “kaya YUNI sengSARA” lah bla bla bla. Pertama-tama males dengernya, apalagi papi, pasti ada acara ceramahnya bentar. Tapi lama-lama juga biarin aja dah… Rambut-rambut guwehhh, nape pria-pria itu yang ribet.
Cuma ada 1 teman laki-laki yang responnya cetar,”Kamu rambutnya gini, jadi kelihatan lebih feminin”

 

Opini:

  1. Rambut itu salah satu bagian fisik yang dibanggakan perempuan.
  2. Kita bisa sedikit tau (sedikit lho ya) pribadi seorang perempuan dari gaya rambutnya.
  3. Waktu rambut lagi jelek, biasanya perempuan akan mengikat, menggulung atau menutupi rambutnya dengan topi.
  4. Poni digunakan untuk menutupi kekurangan pada wajah: dahi yang lebar atau wajah yang panjang.
  5. Rambut panjang membuat pemiliknya terlihat feminin.
  6. Kebanyakan laki-laki menyukai perempuan berambut panjang.
  7. Ukuran dan tekstur rambut seseorang ngga mempengaruhi pribadinya. Ada yang bilang kalau helaian rambutnya kecil dan halus, pasti orangnya juga gitu. Atau kalau helai rambutnya gede-gede dan kasar, kaku nih orangnya. Yang saya temui malah kebalikannya.
  8. Jangan berharap apalagi ngambek kalau tidak ada orang yang komentar tentang rambut yang baru disalonin kalau yang dipotong itu hanya beberapa cm dari puluhan cm yang dipunya.
  9. Jangan bertanya kalau ngga siap dengan kemungkinan jawaban yang akan diberikan.
  10. Perempuan biasanya akan bertanya hal yang sama demi mendengar jawaban yang sama yang ingin didengarnya.
  11. Rambut mengalami pertumbuhan, jadi ngga perlu menyesali berlebihan apalagi nangis saat potongannya ngga sesuai dengan yang diharapkan.
  12. Ngga perlu posting di sosmed “I miss my long hair T_T” padahal yang dipotong cuma 5cm.
  13. Kalau sumpek banget sama rambut yang udah terlanjur pendek, ke salon aja cyiiin minta di hair-extension. Atau beli aja hair extension, 90ribu uda dapet gan, bisa diwash-catok-curly juga.

 

Yang sudah setahun ini berambut pendek, 11 tahun sebelumnya panjang terus. Dari 60cm ke 20cm.

-Z33-

23 Jun 2014. @ Selasar ged. P, kampus tercinta.

Edited @ my bestie’s home 11.20 pm

Gila???

Tue, 16.04.2013 – Menjelang tengah malam

Pasar memang tidak terlalu jauh dari rumah dan biasanya saya tidak melewatinya saat berangkat ke kantor, alasannya sering macet. Saya akan melewatinya hanya jika saya hendak membeli kue-kue (jajanan) pasar untuk mengisi perut di pagi hari dan hari ini saya melewatinya karena saya mau membuat kejutan kecil-kecilan ulang tahun teman kantor saya.

Ketika melintasi rumah-rumah sebelum sampai di pasar, di sisi kanan jalan saya melihat seseorang berjalan dengan kecepatan sedang dan tidak ada kain menutupi kulit tubuhnya selain celana dalam berwarna kuning menyala beserta dengan beberapa pasang mata yang melihatnya. Kulitnya gelap, kepalanya ditutupi rambut 1cm, dan saya tersadar, dia perempuan.
Hati saya “berbicara” untuk memakaikan perempuan itu baju. Yang langsung terpikir adalah melepas mantel saya dan memberikannya pada perempuan itu. Secepat itu pula terpikir “Tapi mantelnya adek yang beli. Apa pulang ke rumah dulu cari baju? Aah, tidak! Tidak! Kelamaan, nanti dia keburu hilang”. Saya teringat perkataan seseorang (kalau tidak salah dari Ps. Philip M) yang saya kutip bebas bahwa orang yang telanjang di jalan itu kadang bukan tidak mau pakai pakaian tapi karena tidak ada pakaian dan tidak ada yang peduli padanya untuk memberinya pakaian. Perempuan itu melintasi saya, masih di sisi lain jalan. Saya memutar balik, berhenti, melepas mantel dan bergegas ke arah perempuan itu. Jalannya ternyata cepat juga. Dia berhenti di depan sebuah toko.

Sewaktu mendekatinya, anehnya saya tidak ada perasaan takut yang bagaimana, mengingat dari tampilan luarnya pasti semua orang yang berpakaian menganggapnya gila. Ketika saya tepat di belakang perempuan itu, pertanyaan ini melintas “Bagaimana jika dia tiba-tiba menarik dan mencakar saya?”, tapi secepat kamu membaca pertanyaan itu, secepat itu pulalah pertanyaan itu singgah dan lenyap dari pikiran saya. Ketika saya mengangkat dan akan memakaikan mantel padanya, si ibu di depan toko yang berdiri di belakang saya bilang dengan ekspresi emosi dan gerakan tangan yang tidak jelas dan kemudian samar terdengar “Gila itu mbak… bla..bla..bla” Ya, samar.. saya sengaja membuatnya terdengar samar, saya malas mendengarnya. Kedua lengan perempuan itu sudah di dalam mantel. “Minta uang” kata perempuan itu pada saya. “Jangan dilepas ya” balas saya sambil menekan kancing paling atas dari mantel itu. Saat menekan kedelapan kancing yang tersisa dari mantel yang panjangnya 10cm di atas lutut saya itu, saya mengamatinya dan bertanya “Dia tidak pakai sandal. Dia botak. Dia tidak pakai baju. Dia perempuan. Apa dia dijahatin (diperkosa) orang di luar sana dengan keadaannya yang begini?”.
“Minta uang” ulangnya. “Sebentar” jawabku sambil membuka tas melihat berapa uang yang saya bawa. Selembar 20.000-an, selembar 2.000-an dan selembar 1.000-an. Saya memberinya tiga ribu, saya tergerak hanya sejumlah itu. “Ada ini saja”, sambil kusodorkan.20.000nya untuk saya karena akan beli jajanan pasar. Dia menerimanya, di tangannya juga ada beberapa uang ribuan. “Jangan dilepas ya bajunya” saya mengulang permintaan saya. “Ya” jawabnya. “Tuhan Yesus memberkati” saya memegang pundaknya dan berlalu. Ketika saya menoleh ke belakang, ibu pemilik toko sedang memberikan sesuatu di tangan perempuan tersebut.

Saya kembali ke rumah untuk mengambil jaket hoodie hitam garis-garis putih. Ketika berangkat ulang, saya merenungkan bahwa tidak ada yang kebetulan.
1. Jajanan pasar. Hari ini teman saya berulangtahun dan saya mau memberinya kejutan kue pasar. Jika saja teman saya tidak berulangtahun, pasti saya tidak akan lewat disitu. Saya juga tidak akan lewat situ untuk beli kue untuk sarapan karena saya sudah membawa bekal roti dan beberapa camilan.
2. Mantel itu. Sebelum berangkat, saya terpikir untuk memakai jaket hoodie hitam garis-garis putih yang setahu saya baru dicuci tapi akhirnya saya mengambil mantel abu-abu itu. Jika saja saya memakai jaket hoodie hitam tersebut, maka tubuh perempuan itu hanya akan tertutupi bagian atas saja dan saya harus pulang ke rumah untuk mencari-cari lagi bawahan atau baju yang panjang untuknya dengan kemungkinan tidak bertemu dengannya lagi walaupun sudah membawakannya pakaian untuk menutupi semua tubuhnya. Ya, siapa yang berani menahan dia untuk tetap di tempat itu?
3. Mouse. Jika saya berangkat lebih awal, mungkin saya tidak bertemu perempuan itu. Tadinya ketika hampir berangkat, adek saya sibuk mencari mouse dan menanyakannya pada saya. Akhirnya saya membantu mencari dulu.
4. Tuhan yang mengatur poin 1-3 sehingga saya bisa bertemu dengan perempuan itu.
5. Rambut perempuan ini hanya sekitar 1cm. Berarti ada yang menggundulnya. Jika dia hidup di jalanan dalam waktu yang lama, pasti rambutnya panjang dan gimbal. Kulitnya berwarna gelap tapi baik wajah maupun tubuhnya tidak terlihat dekil. Apa dia melarikan diri dari Liponsos? Atau keluarganya merawatnya tapi dia melarikan diri? Jika dia tinggal dalam yayasan pun, tidak berarti dia bebas dari pelecehan seksual, saya beberapa kali mendengar informasi tentang itu. Bagaimana jika dia sampai hamil? Bagaimana dengan bayinya?

Ketika teman-teman membaca ini, saya berharap saat kita bertemu orang entah dia laki-laki atau perempuan dengan kondisi tidak berpakaian atau kondisi lain, kita bisa peduli padanya dengan cara memberinya pakaian dan atau hati kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan

Yang memberikan gethuk lindri sebagai kue kejutan kecil-kecilan,
-Z33-
17.04.2013 @2.24pm

Sekotak Pensil Warna

Karena melakukan gerakan yang tergesa dan tidak jelas di tempat duduknya, aku mencandainya dengan menirukannya dan berkata padanya -teman laki2ku- yang duduk di sampingku “lebayyy…”.
“Biarin. Aku emang lagi pengen lebay… karena aku ngga pengen kaya kamu.” nadanya berubah dari percakapan dan candaan-candaan kami 10 menit sebelumnya.
“Memangnya aku kenapa?” sahutku cepat tanpa menoleh padanya.
“Karena kamu terlalu diam” jawabnya dengan nada sinis.
“So what?!” balasku dengan pandangan tetap tertuju pada surat kabar di tanganku.

Sesaat jawabannya mengingatkanku pada seseorang beberapa tahun silam, saat aku masih monyet (baca: cinta masa SMA).
Setelah sekitar 7 bulan pelajar laki-laki dari kelas lain itu mendekatiku dan tidak berakhir pada suatu hubungan yang diidam-idamkan para remaja usia kami saat itu, dia pernah bilang “Kamu itu terlalu dingin. Kamu itu kaya es”. Kalimat ini tidak hanya dia katakan secara langsung padaku, tapi melalui sahabatku juga.
Aku menyukainya tapi otakku cukup sehat untuk mempertimbangkan cintanya. Aku tidak akan menukar cintaNya yang sudah 15 tahun padaku dengan cintanya yang baru beberapa bulan tadi. Kami berbeda keyakinan.

“Karena kamu terlalu diam” Memangnya kenapa jika saya jarang bicara, tidak menegur duluan atau menanyakan keadaannya? Sekarang, saya masih dalam tahap belajar untuk menjadi orang dengan tingkat kepedulian level itu. Tuhan itu kreatif. Dia menciptakan setiap orang unik. Kalau saya tidak seperti sebagaimana saya ada sekarang hidup ini tidak akan bervariasi, setidaknya begitu menurut saya. Saya seperti ini juga adalah sebuah proses… proses yang ga cukup dalam hitungan 365 hari. Ia hanya belum benar-benar mengenal saya.

Memiliki teman-teman itu seperti memiliki 1 set pensil warna. Tanpa saya, kamu seperti memiliki 1 set pensil warna tanpa warna hitam di dalamnya. Suatu warna yang tenang, misterius, tidak mencolok tapi sanggup mempertegas kehadiran warna-warna lain di sampingnya, termasuk warnamu. Sebaliknya, warnamu dan warna lain mewarnai duniaku. Membuatnya lebih ceria, sejuk, berani, aktif, dsb. Tentu tempat pensil yang saya tempati tidak akan berwarna tanpa kehadiranmu dan kehadiran yang lainnya. Kita berhubungan, kita saling membantu… Kita ditaruh dalam satu kotak pensil warna yang sama. Pensil warna hitam ini siap mewarnai kertas-kertas2 yang halus sampai ke dinding rumah, bersama dengan warna2. lainnya.

Oh, apakah si pensil warna coklat ini …
Hey pensil warna hijau, bagaimana menurutmu?

03.01.12. @ my bedroom. 01:15am
-Z33-

Kertas Putih 10x5cm

@Ruang tamu – rumah. @ 00:52 am.

Bulan-bulan terakhir di tahun ini. Waktu-waktu ini adalah padat-padatnya pekerjaan. Pasti akan ada gesekan dan atau kelelahan baik secara fisik maupun mental. Untuk itulah, sesampai di kantor, aku menulis apa yang aku pelajari pagi ini:

Amsal 4:23          “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Aku yang jaga hati

Filipi 4:7               “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”. – Allah yang pelihara hati dan pikiranku

pada sebuah kertas kecil dan menaruhnya di sudut kanan meja kerjaku dengan tujuan agar bisa kubaca atau terlihat olehku sewaktu-waktu.

Baru saja aku meletakkannya dan mulai memiringkan kepalaku beberapa derajat ke kanan dan ke kiri memandangi kertas tesebut yang kemudian datanglah sebuah kalimat dari arah kiri “Ih, Sella nggilani…” (Ih, Sella menjijikkan…) merusak keasyikanku.

Spontan aku menoleh ke arah datangnya suara yang tak lain adalah teman sebelah mejaku, “Hah? Maksudnya?” kataku sambil berpandangan dengan teman yang duduk dibelakangku yang ekspresinya juga sama denganku, bingung. “Jepitmu itu lho…” jawabnya menanti responku selanjutnya. Dia jarang melihatku mengurai rambut panjangku apalagi menyematkan jepit bunga ungu pink imut di salah satu sisi kepalaku. Yeah, i know, it’s not so me, hehe…

Aku mengambil nafas panjang, malas memperpanjang. Aku menoleh kembali, seketika itu juga mataku tertuju pada kertas putih ukuran 10 x 5 cm disudut meja kerjaku. Aku tersenyum, secepat itu Dia mengajarku…

November 25, 2011

-Z33-