Angin — Stelma 5.11

Angin semilir menenangkan.

Masuk angin menyakitkan.

Angin badai mengerikan.

Buang angin memalukan.

Mata angin membantu.

Tolak angin mengobati.

Mattoangin stadion di kota ini

Kipas angin mencetuskan ide.

Kepala angin itu kamu, haha.

Yang melihat kipas angin dipasang di suatu ruangan dan kemudian menulis,

-Z33-

05.08.2014 – 21:38

Hannah –pt.1 – Stelma 2.11

She wept

She was downhearted

She said “He is mean more to me than my …. …. ….”

In her bitterness of soul, she wept. Not much

She prayed to the Lord

And she made a vow “Dear Lord, please … …. ….”

A vow that she thought she has to make an exchange about it

It wasn’t like that at all but humbleness and submission

She kept praying on her heart

She poured out her soul to the Lord

She who feels like Hannah and asks Lord to remember her

-Zee-

05.08.2014 – separated with him by a wall. 02:17pm

Copied and edited from 1 Samuel 1

-Z33-

Posted from WordPress for Android

Tiga Huruf Satu Kata – Stelma 1.11

Melayangkan pandang jauh ke ujung lorong itu
Suasananya membuatku mual
Aku takut melangkahkan kakiku
Aku takut ragaku tak mampu menopang beratnya rasaku
Berusaha mempertahankan butiran bening itu tidak menetes dari jendela jiwa
Tak tahan melihat belahan jiwanya bersedih

Si jingga yang ceria dan ungu yang menawan
Terlihat dari sudut mata tapi tak mampu membuat hatiku melonjak
Tertarik untuk tahu kecantikan lain yang dimiliki sang hijau di sudut
Ternyata tak kuasa juga untuk tidak beranjak dari penantianku
Si merah yang menarik melambaikan tangannya menyapaku
Bisikan angin sedikit menyejukkan
Kembaran si jingga yang ceria mengintip dari sela-sela si coklat yang tenang
Pikiran dan perkataanku terbius sejenak, tapi tidak hatiku

Beberapa kunjungan bintang tanpa disertai pejaman yang lelap
Meregang ruas-ruas putih yang menyangga tubuhku
Menengadah ke hamparan biru sempurna buatan tanganNya
Hei, gumpalan kapas yang berkejaran
Angin masih setia memberiku bisikannya
Aku meringkuk, mendekap lututku dan menyandarkan daguku di atasnya
Karena seperti hatiku, tidak jelas apa yang dirasakan ragaku
Yang jelas hanya satu…
Tiga huruf tanpa batasan waktu…
…Asa

Yang menaruh asa padaNya,
-Z33-
04.08.2014 – siang hari

-Z33-
Posted from WordPress for Android

Pergi Tapi Tinggal

Berada di dalam burung besi yang terbang melintasi malam selalu mampu mengangkat kedua sudut bibirku. Telah kusampaikan, ada terang diantara gelap yang terlihat. Biru, jingga, merah, menyala mengambil jarak..kemudian mereka terlihat mengecil begitu rapat, berkilauan. Sangat indah. Sedikit demi sedikit melihat terang itu sampai menjadi suatu kumpulan dan sedikit demi sedikit pula menghilang menyisakan pekat.
Awan hitam sanggup membuat burung besi ini berguncang beberapa saat, membuatku menaikkan doa lagi pada Yang Maha Kuasa.

Aku tidak suka kepergian dan kepulanganku kali ini. Menyesakkan dada, menguras air mata, meninggalkan penyesalan, menguji kerelaan, menggantungkan harapan tapi tetap percaya akan satu hal. Beragam perasaan sekedar menyapa atau memaksa menemaniku.
Si burung besi membawa ragaku pergi tapi hatiku tinggal, menyisakan 2 ciuman, 1 pelukan, 1 senyuman dan 1 ucapan terima kasih seperti yang biasa kuberikan untuk seseorang yang kukasihi yang hidupnya telah dirancang dengan sangat sempurna oleh Bapa.

“Darah dan daging tidak mendapat bagian, hanya roh” ujar seorang lain yang tentunya paling mengasihi dan dikasihi di tempat kedua di hatinya

15.02.2013 @ 7.54am
Yang menangis dan berkata ‘God is good all the time’,
-Z33-